Lanjutan: Memandang Indah Tentang Musibah
-Lanjutan-
Ketiga, gerakan social distancing dan kesopanan di dalam pergaulan. Sepanjang semakin canggihnya alat komunikasi, manusia cenderung semakin abai dengan kondisi di sekitarnya. Duduk berdampingan saja, tidak saling bicara, tidak akrab dengan canda tawa. Tetapi saling disibukkan oleh handphone dan gadgetnya sendiri-sendiri. Kemesraan dalam pergaulan pun semakin tipis. Sikap saling perhatian pun begitu langka. Justru, baru-baru ini, ketika dihimbau untuk jaga jarak aman atau social distancing, masing-masing benar-benar bisa saling menjaga dan penuh perhatian. Menggunakan masker, tentu yang dijadikan pertimbangan adalah antisipasi agar tidak tertular ataupun menularkan satu penyakit. Dengan sendirinya muncul kembali toleransi dan sikap penuh perhatian.
Akhlak dan sopan santun ketika bergaul pun semakin dijaga. Kini, tidak akan ada lagi yang berani sembarangan batuk dan bersin tanpa menutup mulut atau memalingkan wajah dari orang-orang. Jika tidak begitu, orang lain yang akan menyingkir darinya. Bergerak menjauh. Takut tertular sesuatu yang tidak diinginkan. Begitu pun ketika meludah. Tidak di sembarang tempat dan keadaan. Budaya dan kebiasaan yang sempat menipis di kalangan masyarakat ini, kembali bangkit dan menjadi satu keharusan ketika berada dalam satu pergaulan.
Dan yang paling utama dari ketiga hal tadi, Covid-19 menjadikan manusia semakin mendekat kepada Allah Swt. Berapa banyak doa yang diijazahkan untuk kemudian diamalkan masing-masing diri. Bahkan, terdapat banyak sekali doa dari Ulama' dan Waliyullah jaman lampau yang disampaikan kembali. Serta nasehat-nasehat mereka tentang membangun kekuatan menghadapi setiap wabah dan bencana. Semua ini adalah tanda betapa sadar dirinya manusia. Bahwa kodrat manusia adalah tiada daya dan upaya. Sehingga, pasrah dan tawakkal adalah satu-satunya langkah benar di setiap menghadapi musibah dan ujian. Kepanikan dan ketakutan atas Covid-19, telah secara serentak menumbuhkan kewaspadaan diri dan sikap hati-hati yang semakin tinggi. Berikhtiar sekuat diri dalam menghadapi wabah yang mendunia ini. Selebihnya adalah doa-doa yang senantiasa dipanjatkan kepada Allah Swt. Agar wabah ini cepat diangkat dan musibah ini segera berakhir.
Demikianlah. Selain harus dituntaskan dengan segenap ikhtiar dan usaha yang maksimal, serta disempurnakan dengan ketulusan hati memohon kepada Allah Swt. Maka, di sisi yang lain, musibah ini memberikan pelajaran yang luar biasa bagi kita semua. Selalu ada hikmah di setiap kejadian. Mari menjadi manusia yang cepat belajar atas segala sesuatu yang menimpa diri. Agar bisa segera mencari solusi dan mengambil langkah taktis untuk menyelesaikan semua dengan segera.
Semoga wabah ini segera berakhir. Yang sakit disembuhkan. Yang lemah dikuatkan. Yang sedih kembali dibahagiakan. Yang kekurangan semakin dikayakan. Semoga kita baik-baik saja.
Al-Aman. Al-Aman. Al-Aman.
Allohumma Indonesia Raya Aman.
ESQNews.id - M. Nurroziqi