Mempersiapkan Diri untuk Mengalami Penurunan Fungsi Sosial Psikologis di Usia Lanjut

Oleh : Allistyana Rachim

(Foto: Unsplash/Matthew Bannett)

Menjadi tua adalah sesuatu hal yang pasti terjadi pada manusia manapun. Layaknya sebuah mesin baru yang kita gunakan setiap hari, sampai bertahun-tahun kemudian, hingga akhirnya mesin tersebut tak lagi berfungsi. Ini adalah hal yang normal.

Batasan Pengertian Lansia

Ada beragam pengertian lansia (lanjut usia). Sebagai catatan, istilah lansia bukanlah suatu yang berhubungan dengan penyakit. Istilah lansia yang yang dimaksud, terkait dengan tahap lanjut dari proses kehidupan manusia, yang ditandai dengan penurunan kemamapuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres maupun lingkungan.

Usia 65 tahun merupakan titik awal masa dewasa akhir, fase terakhir kehidupan. Pada usia inilah kebanyakan orang mendeskripsikan batasan lansia. Di Indonesia, tertulis pada UU No.13 Tahun 1998, batasan umur orang yang berusia lanjut ditetapkan pada usia 60 tahun.

Sebagian para ahli mengatakan bahwa lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa antara usia 65 tahun sampai dengan tutup usia. Sedangkan pada batasan literatur lanjut usia yang lain, lansia dikelompokan menjadi tiga: usia 70-75 tahun (young old); usia 75-80 tahun (old); usia lebih dari 80 tahun (very old).

Jika dikaitkan dengan kemampuan ekonomi, ada juga yang mendefinisikan lansia sebagai orang yang berusia 56 tahun keatas, tidak mempunyai penghasilan, dan tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan pokok sehari-harinya.

Psikologi Lansia

Dalam cabang ilmu Psikologi, psikologi lansia merupakan dalam cabang ilmu Psikologi Perkembangan. Elizabeth Hurlock mendefinisikan Psikologi Perkembangan sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia sesuai dengan hakikat perkembangan, yang berlangsung sejak pembuahan hingga tutup usia. Ada juga yang menganggap bahwa pembahasan Psikologi Perkembangan dimulai dari usia remaja. Seorang ahli Psikologi Perkembangan, Papalia, menyebutkan bahwa mempelajari tahapan-tahapan kehidupan manusia dimulai dari masa remaja sampai dengan akhir dari kehidupan manusia.

Namun demikian, bagaimana pun definisi batasan perkembangan manusia, bisa ditarik kesimpulan usia lansia dimulai seusai usia produktif, hingga tibanya saat kematian.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Psikologis Lansia

Ada hal-hal yang tidak bisa dihindari yang pasti akan dialami oleh para Lansia. Dengan demikian, agar lansia bisa merasakan kebahagiaan di hari tuanya, mereka perlu me-manage faktor-faktor dengan bijak, dan menerima sepenuhnya bahwa hal-hal ini akan mereka alami.

Hal-hal tersebut adalah,

1. Kondisi Fisik yang Menurun

Semakin tua seseorang maka semakin jelas pula perubahan fisik yang terlihat. Kurangnya energi, keriputnya kulit, gigi yang tanggal maupun tulang yang rapuh. Kualitas fisik akan menurun secara drastis ketika sesorang memasuki masa lansia. Hal ini dapat berpengaruh terhadap kondisi psikologisnya, kehidupan sosialnya, dan timbul kebutuhan baru yaitu ketergantungan pada orang lain.

2. Fungsi Seksualitas yang Menurun

Penurunan fungsi seksualitas terkait dengan gangguan fisik yang umum terjadi pada lansia, seperti gangguan jantung, gangguan metabolisme seperti diabetes militus, vaginitis, atau kekurangan gizi, yang biasanya terkait dengan masalahan pencernaan usia lanjut, yang menyebabkan menurunnya nafsu makan.

Permasalahan psikologi pada orang yang mencapai tahapan lanjut usia akan terlihat dari gejala penurunan fisik yang sejalan dengan aspek psikologisnya. Bagi pria fase lanjut usia ditandai dengan memasuki fase klimakterium, sedangkan wanita ditandai dengan fase menopause yang berdampak pada ketidakseimbangan fisiologis yang mengakibatkan terganggunya keseimbangan emosi, seperti stres dan depresi.

Faktor penurunan fungsi seksualitas lansia lainya antara lain:

    - Rasa malu jika mempertahankan kehidupan seksual pada masa senja.

    - Kelelahan atau perasaan bosan, dikarenakan kurangnya variasi dalam kehidupannya.

    - Pasangan yang telah meninggal.

    - Disfungsi seksual karena perubahan hormon atau masalah kesehatan jiwa, seperti stres             atau pikun.

3. Perubahan Aspek Psikososial

Pemicu perubahan aspek psikososial pada lansia sangat terkait dengan menurunya fungsi kognitif dan psikomotorik. Yang dimaksud fungsi kognitif adalah fungsi-fungsi otak yang terkait dengan proses belajar, pemahaman ataupun kemampuan memusatkan perhatian—penurunan hal-hal inilah yang menyebabkan reaksi dan prilaku lansia melambat. Sedangkan yang dimaksud aspek psikomotorik adalah daya-daya fisik terkait fungsi gerak maupun koordinasi fisik, berakibat lansia menjadi kurang cekatan. Adanya penurunan kualitas pada kedua aspek tersebut akan berdampak pada perubahan aspek psikososial yang berkaitan dengan kepribadian lansia.

4. Perubahan Peran Sosial di Masyarakat.

Dengan semakin lanjut usia, biasanya lansia akan melepaskan diri dari kehidupan sosialnya karena berbagai keterbatasan yang ia miliki. Ini akan berdampak pada menurunnya interaksi sosial para lansia, baik secara kualitas maupun kuantitas. Ini juga akan berakibat pada hilangnya peran di masyarakat. Karena kualitas fisik yang menurun, para lansia merasa bahwa mereka tidak lagi dibutuhkan. Kemampuan sosial yang memburuk untuk menyesuaikan diri secara sosial akan timbul, karena adanya konsep diri yang negatif. Pada akhirnya, sikap sosial yang negatif akan berdampak pada kesehatan psikologis para lansia.

Dengan memahami faktor-faktor tersebut dan menerimanya sebagai hal yang normal dan akan mereka hadapi, maka para lansia bisa mempersiapkan diri untuk menghadapinya dengan optimis, tanpa penyesalan atau rasa kecewa. Menata dan mempersiapkan diri untuk menjalani fase itu, merupakan salah satu kunci untuk hidup bahagia bagi para lansia di usia tua.