Omzet Miliaran, Profitnya bisa 4-5 kali dari MP nya
Coaching Clinic melalui Program Pensiun Berdaya 4.0 Dapen Telkom
Esensi sehat menurut standar WHO terdapat 3 (tiga) dimensi, yaitu sehat jasmani, sehat rohani, dan sehat sosial. Salah satu tujuan Program Pensiun Berdaya 4.0 Dapen Telkom adalah upaya peningkatkan performa dimensi sosial bagi para pensiunan Telkom.
Sujana, pensiunan Telkom tahun 2007 dari Divre III merupakan sosok sosial entreupeneur yang sudah merasakan manfaatnya ikut program Pensiun Berdaya 4.0 Dapen Telkom pada tahun 2018 melalui pendampingan, coaching clinic, dan lain-lain. Dengan pengetahuan ilmu dan strategi bisnis yang terus diasah, membangun silaturahmi/relasi bisnis ditambah menimba pengalaman dari para mentor yang ahli di bidangnya, maka makin menambah kepiawaian Sujana dalam berbisnis yang digelutinya yaitu bisnis sapi qurban (penggemukan) dan pabrik tahu (Sumedang dan Cibuntu).
Setelah menggeluti bisnis sapi kurban dan bisnis pabrik tahu ini, Sujana makin menikmati kehidupan setelah pensiunnya. “saya berbisnis, utamanya bukan untuk materi, tapi supaya tidak cepat pikun dan supaya uang Pendi tidak disimpan di bank, sehingga harus aktif, dan kebetulan jiwa saya emang senang bisnis dari kecil, bahkan ketika di Telkom pun saya menyempatkan berbisnis, seperti distribusi beras, sembako dan lain-lain, dan setelah Pendi saya akhirnya mencoba bisnis busana muslim sampai empat tahun dijalani, sementara bisnis sapi qurban (2007) dan pabrik tahu, yang juga penyuplai ampas tahu buat sapi (2018) relatif lebih berkembang”, ujar Sujana .
Keputusan Pendi ingin Berbisnis Lebih Serius
Tak dipungkiri bahwa bisnis sapi qurban yang Sujana jalani ini, tak lepas dari keputusan besar yang maha penting ketika mengambil Pensiun Dini (Pendi) tahun 2007 pada usia 52 tahun. Bagi kalangan umum, usia 50 tahun adalah masa ketika pencapaian puncak karir seseorang sudah menciptakan kebebasan finansial, dan tinggal duduk manis untuk menikmati masa pensiunnya. Tapi boleh jadi hal ini sangat berbeda bagi Sujana, pasalnya di usia setengah abad dengan mengambil Pendi ini seolah menemukan jati dirinya sesungguhnya untuk memenuhi hasrat dalam berbisnis atau berkarya sebagai tantangan untuk menjadi seorang sosial entreupeneur sejati yang sukses. “menjadi kepuasan dan kebahagiaan tersendiri bagi saya ketika selain saya bisa eksis di bisnis, juga bisa memotivasi orang lain untuk merasakan hal yang sama, terutama memotivasi anak-anak saya yang mengikuti jejak saya”, kata Sujana yang memiliki 4 anak yang semuanya sudah sarjana ini.
Terbukti setelah 13 tahun lebih berkiprah di dunia bisnis, Sujana mampu menjadi pebisnis yang tergolong sukses. Yang istimewa dua anaknya pun mengikuti jejaknya, berbisnis, sehingga bisa mandiri. Anak pertama di bisnis pabrik tahu yang mampu memproduksi 5 kuintal tahu, sementara yang bungsu lulusan Pariwisata, fokus di bisnis sapi kurban (10 ekor sapi). Dengan kata lain, Sujana mampu memberdayakan orang lain untuk sama-sama berbisnis, mandiri dan bisa maju bersama. “ketika di Telkom pun, saya pun sambil buka bisnis distribusi beras ke hotel-hotel dan sembako. Setelah jalan bagus, baru saya kasih orang untuk jalani sendiri”, kenang Sujana.
Bisnis sapi yang digeluti ini bermula dari faktor kebetulan yang membawa keberuntungan pada tahun 2007, yaitu ketika ditunjuk menjadi panitia qurban, Sujana menangkap peluang bahwa potensi bisnis sapi itu menarik dan bisa menjanjikan, apalagi permintaan pasar cukup tinggi. Beruntungnya Sujana ketika itu diperkenalkan dengan seorang pebisnis sapi qurban dari Jawa Tengah yang sudah sangat berpengalaman. Dari titik inilah Sujana terus menimba ilmu dan mencari mentor-mentor terbaik yang terpercaya, terutama dari daerah-daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur yang handal, bukan saja sapinya tapi para peternak sapinya. “saya menjelajah kota-kota sentra bisnis sapi di Jawa Tengah hingga Jawa Timur (Magetan) hingga sekarang, khusus untuk belajar dan belajar berbisnis ini (benchmark) dan juga berkolaborasi, karena di sana hebat-hebat ilmu maupun sapi nya, dan juga faktor kepercayaan dan kejujuran. ” ujar Sujana.
Modal awal 15 juta, saat ini sudah Miliaran Omzet nya.
Berbekal keberanian, modal dari uang Pendi, dan pengetahuan yang mumpuni, pada tahun 2007 itulah ia membeli 4 ekor sapi dengan harga 15 juta untuk dibudidayakan sebagai sapi kurban, yang mana dalam waktu 6 bulan sudah berhasil terjual.Seiring waktu dengan sendirinya Sujana pun membuat kandang –kandang sapi representatif di tanah keluarga seluas kurang lebih 400 meter2 di Garut, tepatnya jalan Sudirman (dekat Pom Bensin). Pengembangan bisnis ini dikelola secara Pola Bagi Hasil (terutama dengan peternak), mengingat modal yang cukup besar, tetapi juga dengan tujuan menggerakan ekonomi masyarakat, agar para peternak sapidi daerah sekitarnya atau keluarga ikut terbantu, bahkan demi melebarkan sayap bisnisnya Sujana berkolaborasi dengan para peternak di daerah Jateng dan Jatim.
Sujana dapat menikmati bisnis ini, karena selain menyukai tantangan dan ilmu baru, membangun solidaritas, juga senang memelihara ternak. Bisnis sapi ini termasuk bisnis yang tidak mudah dan risikonya pun tidak kecil, mengingat yang dipelihara adalah makhluk hidup, yang bisa saja mati, sakit, salah pilih bibit, dan lain-lain. Untuk itu perlu ketelitian dan ilmu yang mumpuni menggeluti bisnis ini, bukan saja harus mengenal karakter sapi (dari postur, genetika, bagian-bagian tubuh terkecil, kebiasaan dll), perkandangan, pakan ternak, suhu /cuaca udara, cara-cara efektif untuk menggemukan sapi, juga seluk beluk /strategi bisnis bagaimana mengembangkan bisnis ini menjadi suatu investasi yang menguntungkan. “karena saya hobi binatang, kebetulan salah satu kunci agar sapi ini bisa sehat, maka saya harus bersahabat dengan sapi, bahkan seolah-olah sedang merawat bayi agar cepat gemuk dan sehat. Saya harus terjun langsung dari mulai memandikan, ngasih makan, beresin kotorannya, agar ada hubungan batin dan perhatian dari kita sebagai pemiliknya”, jelas Sujana yang tinggal di Antapani Bandung, dan secara rutin mengontrol perkembangan sapinya rutin setiap saat di Garut.
Yang sangat membantu selain mentor, juga dokter hewan yang terus memonitor dan memeriksa kesehatan dari sapi-sapi ini. Bisnis sapi adalah bisnis kepercayaan, dan kepercayaan selain datang dari integritas kita juga, ditentukan dari standar pengelolaan sapi kurban ini. Sujana sangat concern dengan kebersihan, pakan ternak, dan kesehatan, kenyamanan dan kebahagiaan sapinya itu sendiri. Kualitas yang tinggi pemeliharaan sapi ini diakui oleh dokternya. “Tak jarang penjual pun diajak untuk datang melihat langsung sapinya, bahkan pembeli bisa melihat sapi kami ditimbang, dengan alat timbang seharga 10 juta ini, hal ini agar lebih dipercaya, terkadang melalui videocall karena jaraknya cukup jauh, karena sapi kami kan tidak semuanya di Garut tempat saya, tetapi juga banyak di Jawa” jelas Sujana.
Bangga dan Berkahnya nya menjual Sapi Limosin
Salah satu momen yang dinanti-nantikan untuk menjual sapi adalah Hari Raya Idul Adha, atau Idul Qurban yang datangnya hanya setahun sekali. Bisnis sapi qurban ini sesungguhnya bisnis investasi dari beberapa investor selain para peternak sendiri. “yaa karena kan modalnya cukup besar, kalo ada 80 sapi, beli per bibit sapi nya 20 juta, berarti 1,6 miliar, tentunya ini sangat berat jika sendirian untuk menanggung biayanya, terutama selain biaya beli sapinya, juga ongkos pakan ternak yang cukup besar, sehingga kami berkolaborasi rata-rata 2-4 orang berinvestasi bersama. Keuntungan yang didapat dari bisnis ini ketika musim qurban ini bisa mencapai puluhan hingga ratusan juta” , jelas Sujana.
Trend bisnis sapi qurban ini dari tahun ke tahun meningkat.Pada musim qurban tahun 2019 lalu, Sujana berhasil menjual 90 ekor sapi yang ditaksir omzetnya bisa mencapai 3 miliar lebih. Hanya tahun 2020 ini begitu covid-19 melanda Indonesia, maka penjualan sapi qurban menurun cukup signifikan menjadi 80 ekor, dan yang tersisa dikandang ada 2 ekor dengan bobot 50 kg. Namun yang cukup membanggakan Sujana adalah mampu berkolaborasi dengan anaknya sebagai peternak dalam menggemukkan sapi dengan kelas limosin (peranakan) seberat satu ton, dan berhasil terjual dengan harga 62 juta.
Sebagai ilustrasi bibit sapi ini dibeli dengan harga 22 jt. Untuk biaya pakan per hari rata-rata 20 ribu/hari (dedak, kosentrat, ampas tahu, em4 dan molases) rumputnya jerami dan odot. Proses pengembukan memakan waktu 32 bulan x 30 hr × 20.000 = 19.200.000, total hpp = 41.200.000. Alhamdulillah bisa dijual 62 juta, maka keuntungan bersih 62 juta – 41.200.000 (22 juta + 19.200.000) = Rp.20.800.000, (sebagai catatan, bisnis penggemukan sapi yang baik standarnya adalah 1,5 s/d 2 kg per hari per tambahan bobotnya).
Dengan menjual 80 ekor termasuk satu ekor limosin, maka ditaksir kekuntungan bersih bisnis sapi Sujana mencapai 100 juta lebih. Inilah salah satu jalan dari Allah untuk menyempurnakan rezeki yang penuh berkah, selain MP yang Sujani terima setiap bulan sebesar 1,35 juta rupiah. Menjadi sempurna lagi bahwa bisnis ini sangat erat dengan bisnis spiritual, pasalnya sapi-sapi yang dipotong adalah sebuah simbol dari keimanan seseorang dalam menjalankan kewajibannya kepada Allah, dan juga berbagi kepada sesama, khususnya kaum Dhuafa atau kepada masyarakat yang semakin menderita akibat pandemi ini. Dimensi bisnis sosialnya dapat, juga dimensi spiritual.
Sujana sangat berharap dapat berkolaborasi dengan sesama teman pensiunan Telkom yang ingin menanamkan investasinya, atau juga sekaligus menjadi peternak sapi qurban, bahkan tanpa modal sebagai reseller juga dapat mengembangkan bisnis ini dengan cukup menjanjikan. Selamat mencoba!.