Survei HSBC: Hanya 30 Persen Orang RI Punya Tabungan Pensiun
(Foto: Freepik.com)
Jakarta, CNN Indonesia -- Survei HSBC global menyebutkan jumlah masyarakat Indonesia yang memiliki tabungan pensiun sampai saat ini masih rendah. Berdasarkan hasil survei yang mereka lakukan terhadap 1.050 responden yang berusia produktif dan pensiun beberapa waktu lalu diketahui, jumlah masyarakat Indonesia yang memiliki tabungan pensiun hanya 30 persen saja.
Dengan persentase tersebut berarti hanya satu dari tiga orang Indonesia yang telah menyiapkan masa tuanya. Head of Wealth Management PT Bank HSBC Indonesia Steven Suryana mengungkapkan walau hanya 30 persen yang memiliki tabungan pensiun, ternyata dari survei yang dilakukan, 68 persen responden menyatakan ingin masa tua mereka nyaman.
Akibat kecenderungan tersebut, Steven mengatakan mayoritas responden memiliki kekhawatiran akan kemandirian finansial saat masa pensiun. Sebanyak 86 persen respon mengaku khawatir akan mampu hidup dengan nyaman saat pensiun.
Kemudian, 83 persen risau akan peningkatan kebutuhan biaya kesehatan dan 77 persen khawatir akan kehabisan dana pensiun.
"Masa pensiun ini harus direncanakan dengan matang sedari dini. Sayangnya, kesadaran ini timbul ketika mendekati masa pensiun," katanya di Jakarta, Selasa (12/2).
Steven mengatakan dalam survei yang dilakukan HSBC, pihaknya juga menemukan bahwa 76 persen atau tiga dari empat responden mengharapkan anaknya mampu menopang kebutuhan finansial mereka saat tua. Sayangnya, fakta yang terjadi justru berbanding terbalik dengan harapan tersebut.
"Kenyataannya hanya 24 persen atau satu dari tiga responden usia pensiun yang menerima bantuan finansial dari anaknya," paparnya.
Jumlah tersebut, kata Steven, cenderung lebih tinggi ketimbang negara-negara lainnya. Di negara maju, penduduk usia pensiun yang mendapatkan bantuan finansial dari anaknya semakin rendah. Misalnya, Australia hanya 3 persen dari responden, Amerika 3 persen, Prancis 1 persen, dan Kanada 1 persen.
Sedangkan, di Inggris tidak ada responden yang mendapatkan bantuan finansial dari anaknya pada usia pensiun. Steven mengatakan kecenderungan tersebut dipengaruhi oleh faktor budaya masing-masing negara.
Selain itu, survei menunjukkan bahwa dua dari tiga responden usia kerja menyatakan akan lanjut bekerja setelah pensiun. Beberapa jenis pekerjaan yang dipilih responden antara lain, wirausaha sebanyak 54 persen, kembali mencari pekerjaan sebanyak 25 persen, dan membangun kos-kosan atau menyewakan rumah sebesar 19 persen.
Sisanya sebanyak 29 persen responden mengandalkan pemenuhan kebutuhan sehari-hari dari hasil tabungan. "Yang pasti, semakin dini kita mempersiapkan diri, semakin bisa kita mewujudkan mimpi menjadi crazy rich retiree di Indonesia," kata Steven.